Coretanrakyat.id Bondowoso, 14 Oktober 2025: Suasana haru dan amarah menyelimuti kawasan perkebunan kopi milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) I Regional V di Kecamatan Ijen, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Ribuan pohon kopi jenis Arabika di lahan seluas sekitar 4,6 hektar di Desa Kaligedang ditemukan rusak parah akibat aksi perusakan oleh orang tak dikenal (OTK) pada Minggu malam (12/10/2025).

Tangis pilu puluhan petani pecah di tengah hamparan batang kopi yang tumbang. Sebagian petani berteriak histeris, tak kuasa menahan emosi menyaksikan ribuan tanaman yang selama tiga tahun terakhir mereka rawat hancur begitu saja. Bagi mereka, kebun kopi itu bukan sekadar ladang, tetapi sumber penghidupan yang menopang ribuan keluarga di wilayah Ijen.
Menurut keterangan lapangan, perusakan dilakukan dengan cara sistematis. Pohon-pohon kopi berusia sekitar tiga tahun atau tergolong Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) itu ditebang di beberapa petak lahan sekaligus, tersebar di Blok E nomor 1, 2, 4, 5, 10, 11, 12, dan 13. Aksi ini diduga dilakukan lebih dari satu orang, dengan perencanaan matang dan pemahaman detail terhadap lokasi kebun.
“Pelakunya jelas tahu medan. Mereka bukan orang luar biasa, tapi orang yang paham situasi di kawasan ini,” ujar salah satu pekerja kebun dengan nada getir.
Menanggapi tragedi yang selalu berulang ini, Anggota DPR RI Fraksi PKB Dapil III Jawa Timur, H. Nasim Khan, mengecam keras aksi vandalisme tersebut. Ia menyebut perusakan itu sebagai bentuk provokasi terencana yang bertujuan memecah belah hubungan antara masyarakat dan pihak PTPN, di tengah proses penyelesaian konflik lahan yang sedang berjalan.
“Kami sangat prihatin. Lahan yang dijaga puluhan tahun oleh masyarakat justru dirusak secara sepihak. Ini bukan hanya kerugian materi, tapi juga bentuk pengadu-dombaan antara rakyat dengan PTPN,” tegas Nasim Khan kepada wartawan, Senin malam (13/10/2025).
Nasim menambahkan, sekitar 4.000 keluarga dari total 10.000 penduduk di wilayah Ijen menggantungkan hidup dari hasil pertanian dan kerja sama dengan pihak perkebunan. Karena itu, ia meminta semua pihak menahan diri dan mengedepankan jalur hukum.
“Masalah lahan harus diselesaikan secara administratif dan yuridis, bukan dengan kekerasan yang dilakukan oleh segelintir oknum yang mengacau. Kita butuh penyelesaian damai dan bermartabat, bukan provokasi yang memperkeruh keadaan,” tandasnya.
Duka mendalam juga dirasakan para petani penggarap. Mereka menilai, kerja sama baik antara masyarakat dan PTPN yang sudah berlangsung bertahun-tahun kini terancam akibat kepentingan segelintir pihak yang ingin mengambil keuntungan pribadi.
“Kami ini bekerja di lahan PTPN dengan sistem kemitraan yang baik. Tapi akhir-akhir ini kami petani Ijen sepertinya sengaja diadu domba dan dibenturkan. Ada pihak-pihak yang ingin memecah belah kami demi kepentingan pribadi dan oligarki,” ungkap salah seorang petani yang enggan disebutkan namanya.
Ia menambahkan, kerusakan ribuan pohon kopi ini bukan hanya menghancurkan mata pencaharian, tetapi juga menimbulkan trauma sosial di tengah masyarakat yang selama ini hidup berdampingan dengan damai di kawasan perkebunan Ijen.
Dari hasil pantauan lapangan, pihak Polres Bondowoso melalui Polsek Ijen telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) pada Selasa (14/10/2025). Polisi memeriksa lokasi perusakan di area Blok E Desa Kaligedang, untuk mengidentifikasi pelaku, motif, serta potensi keterlibatan pihak-pihak tertentu di balik aksi tersebut.
Kepolisian juga tengah menghitung total kerugian yang dialami baik oleh masyarakat penggarap maupun pihak PTPN. Sumber internal menyebut, nilai kerugian mencapai ratusan juta rupiah, mengingat tanaman kopi yang rusak merupakan hasil perawatan intensif selama bertahun-tahun dan hampir memasuki masa panen pertama.
Sejumlah pihak menilai, rangkaian kasus pengrusakan dan gesekan sosial yang berulang di kawasan Ijen bukanlah kebetulan. Ada dugaan kuat bahwa terdapat aktor intelektual atau pemain di balik layar yang sengaja memanfaatkan situasi konflik lahan untuk menciptakan ketegangan dan ketidakstabilan di daerah tersebut.
Peristiwa ini menambah daftar panjang dinamika konflik agraria antara masyarakat penggarap dan perusahaan di kawasan Ijen. Padahal, selama ini wilayah tersebut dikenal sebagai sentra kopi unggulan Jawa Timur dengan potensi ekonomi yang besar bagi warga sekitar.
Bagi masyarakat Ijen, kopi bukan sekadar komoditas ekspor, tetapi simbol kerja keras, ketekunan, dan kehidupan yang diwariskan turun-temurun. Karena itu, perusakan terhadap ribuan pohon kopi bukan hanya tindakan kriminal, tapi juga serangan terhadap martabat dan kesejahteraan rakyat kecil.
Nasim Khan bersama sejumlah tokoh masyarakat dan Forkopimda Kabupaten Bondowoso terus mendorong adanya investigasi menyeluruh, serta langkah mediasi permanen agar kejadian serupa tidak terulang.
“Yang dibutuhkan sekarang adalah keadilan. Ijen harus kembali tenang, masyarakat dan perusahaan harus kembali bersatu demi keberlangsungan ekonomi rakyat,” pungkas Nasim.

Kasus ini kini masih dalam penyelidikan aparat kepolisian, sementara masyarakat Ijen Juga berharap agar pelaku dan dalangnya segera terungkap dan diproses hukum seadil-adilnya.
(Redaksi / Tim Biro Siti Jenar Group Multimedia)